Mi Ayam, Bangku Indomaret, dan Cara Kita Bertahan Menghadapi Kehidupan

Nikmatilah semangkuk mi ayam, es krim, teh hangat, kopi; kebahagiaan kecil lainnya.

Oleh

Iin Isnaini

Mi Ayam, Bangku Indomaret, dan Cara Kita Bertahan Menghadapi Kehidupan

Nikmatilah semangkuk mi ayam, es krim, teh hangat, kopi; kebahagiaan kecil lainnya.

Oleh

Iin Isnaini

10/10/2025

Beberapa tahun ke belakang menjadi tahun yang tak mudah bagi saya, atau mungkin bagi teman-teman yang juga merasakan dampaknya. Sehari-hari kita melihat bagaimana naik turunnya roda ekonomi, genosida yang tak kunjung usai, sulitnya mencari pekerjaan, isu layoff besar-besaran, hingga kisruh situasi politik yang tak berkesudahan. Seolah belum cukup dengan itu, semua sehari-hari pun kita masih harus menghadapi krisis-krisis kecil dalam lingkup terkecil hidup yang ternyata berdampak pada kesehatan mental. 

Awalnya retakan itu mungkin tampak kecil dan sepele; rasa lelah yang muncul setiap membuka laman media sosial dan mendengar kabar buruk yang datang hampir setiap hari, semangat dan nafsu makan yang pelan-pelan berkurang, hingga kehilangan minat pada hal-hal yang dulu pernah begitu disenangi. Retakan itu merayap dalam hening; hadirnya tak disadari hingga perasaan kosong tiba-tiba menganga dalam diri kita. 

Meski kesehatan mental tak lagi menjadi topik yang tabu untuk dibicarakan, nyatanya belum semua orang benar-benar sadar akan esensinya; lebih dari sekadar kampanye dan isu-isu global, kesehatan mental dipengaruhi oleh lingkup terkecil yang kita temui sehari-hari; kondisi keluarga, lingkungan kerja, dan lingkup pertemanan. Namun nyatanya, belum banyak orang yang bisa benar-benar terbuka dengan apa yang mereka rasakan. Penyebabnya beragam, mungkin karena takut dianggap lemah, rasa takut akan dianggap berlebihan, atau terlalu membawa perasaan. 

Padahal, kesehatan mental bukan cuma tentang perubahan suasana hati yang signifikan atau gangguan mood yang terjadi secara terus menerus, tapi juga rasa cemas yang selalu hadir saat menerima notifikasi dari grup kantor atau perasaan kosong yang kian mengganggu dari hari ke hari. 

Dengan tema “Access to Services: Mental Health in Catastrophes and Emergencies”, tahun ini Hari Kesehatan Mental Sedunia 2025 membahas bagaimana krisis global dan kekacauan yang terjadi di berbagai belahan dunia memengaruhi kondisi mental kita. Pentingnya akses menuju layanan kesehatan mental yang inklusif juga menjadi salah satu aspek yang disoroti. Tapi, apakah semua orang telah mendapatkan akses kesehatan mental yang setara?

Kesehatan Mental dan Cara Kita Bertahan di Situasi Sulit

Di situasi ekonomi saat ini, akses menuju tenaga ahli seperti psikolog dan psikiater menjadi sebuah privilege yang tak semua orang bisa nikmati. Maka, cara-cara sederhana seperti menikmati semangkuk mi ayam, melamun di teras rumah ditemani secangkir teh, atau duduk melamun di bangku minimarket sambil menyaksikan lalu lalang di jalanan menjadi semacam terapi murah yang bisa dinikmati oleh siapa saja. Aktivitas itu mungkin terdengar sederhana, namun memberikan kelegaan tersendiri dan membuat hidup menjadi layak untuk diperjuangkan kembali.

Meski tak sepenuhnya menyelesaikan masalah dan tak memulihkan kondisi mental sepenuhnya, setidaknya cara-cara sederhana itu bisa menjadi kebahagiaan kecil dan alasan untuk bertahan melewati satu lagi hari yang melelahkan. 

Saat dunia terasa berat, nikmatilah semangkuk mi ayam, es krim, teh hangat, kopi, atau apa pun kebahagiaan kecil yang membuat hidupmu terasa layak untuk dijalani sepenuhnya. 

Iin Isnaini

Kadang-kadang menulis, full-time seorang melankolis.

Bagikan:

Facebook
Twitter
LinkedIn
Email
WhatsApp

Lihat Juga