Lampaui Perasaan Ingin Menyerah dan Terus Melangkah

Buatlah “rumah” yang indah untuk membuat segala gundah dan lelahmu pergi.

Oleh

Ariel Tatum

Lampaui Perasaan Ingin Menyerah dan Terus Melangkah

Buatlah “rumah” yang indah untuk membuat segala gundah dan lelahmu pergi.

Oleh

Ariel Tatum

19/08/2025

Jauh sebelum menampilkan diri di layar kaca, saya adalah seorang anak berusia 13 tahun yang merasakan sesuatu yang tidak sewajarnya saya rasakan. Pada usia itu, saya memutuskan untuk mencari pertolongan profesional. Inilah keputusan akhirnya membuka mata saya lebar-lebar tentang betapa pentingnya mengenal diri sendiri. Saya belajar untuk menyapa diri sendiri, berhadapan dengan segala kekurangan dan terus berupaya untuk berkembang.

Jelas, ini bukan perjalanan yang mudah. Proses memulihkan diri menguras banyak energi dan kepekaan. Tidak jarang, saya kelelahan. Adakalanya, saya merasa tidak berprogres sama sekali, bahkan seperti malah mundur ke belakang. Ingin sekali menyerah. Namun, langkah harus tetap melaju ketika saya sadar akan satu hal penting: pertumbuhan bukan setapak yang linear. Kita bisa melesat cepat, kadang lebih lamban, sering kali berputar-putar di tempat, atau ya sesekali mundur ke belakang. Dan ternyata, ini seninya kehidupan—belajar untuk menikmati prosesnya, bukan hanya fokus pada tujuan akhir.

Sebagai seseorang yang tumbuh di tengah sorotan publik, saya tidak luput dari komentar negatif, termasuk body shaming dan perundungan. Jujur, di awal sangat berat. Namun, saya berhasil menjaga kewarasan dengan satu cara sederhana, yakni berusaha terus untuk mengenali dan mengasihi diri. Hidup saya adalah untuk saya; untuk kebahagiaan saya. Tidak ada satu pun hal di dunia ini yang bisa saya kendalikan, kecuali diri dan pemikiran saya sendiri. Dengan berfokus pada apa yang bisa dikendalikan, saya mampu melampaui segala perasaan tidak nyaman yang datang dari luar.

Kita tau, ketidakpastian adalah hal yang pasti. Proses dan perjalanan kita akan penuh dengan dinamika. Bagaimana cara untuk menghadapi ketidakpastian itu? Dengan mencoba disiplin dalam memahami dan mencintai diri. Mungkin, ini salah satu cara ampuh untuk menuju versi terbaik diri. Dengannya, kita dapat menjaga kewarasan diri dan daya tahan jiwa sehingga bisa memetik pembelajaran dari segala ketidaknyamanan yang akan terjadi dalam hidup.

Untuk siapa pun yang sedang berjuang dalam merawat kesehatan mentalnya, percayalah, perjalanan ini adalah perjalanan seumur hidup yang penuh liku. Belajarlah untuk menikmati dan mensyukuri setiap prosesnya. Segala sesuatu yang hadir akan membahagiakan atau mendewasakan. Terima keduanya dengan bijak. Jika sebaik-baiknya tempat untuk pulang hanyalah dirimu sendiri, buatlah “rumah” yang indah untuk membuat segala gundah dan lelahmu pergi.

Buat saya, menjadi manusia adalah menjadi ada dan berdaya. Selain sepenuhnya hadir untuk menjalani dan menikmati kehidupan, kita juga harus bisa mengupayakan segala yang kita bisa untuk berkembang—sehingga kita bermanfaat bukan hanya untuk diri sendiri dan orang-orang di sekitar, melainkan juga untuk lebih banyak jiwa di luar sana.

Ariel Tatum

Tempat terbaik untuk pulang adalah diri sendiri.

Bagikan:

Facebook
Twitter
LinkedIn
Email
WhatsApp

Lihat Juga