Di sebuah kota yang berusaha mati-matian untuk melupakan kemarau,
Hujan akhirnya turun menghapus kau dan masa lampau.
Ia jatuh dengan lekas dan ringkas,
seperti pesan-pesan singkatku di telepon genggammu
yang tidak atau pernah kau balas.
Di jalanan, kemungkinan adalah genangan
dan kenangan adalah lubang.
Saat hujan datang,
anak-anak di dalam diriku tidak pernah bisa membedakan keduanya.
Mereka seringkali pulang ke rumah
dengan baju dan mata yang sama-sama basah.
Di halaman belakang,
kesedihan adalah pakaian yang tidak pernah kering.
Ia terlampau sering kutingalkan
dan selalu lupa kutanggalkan.
Di luar jendela,
hujan masih belum berhenti.
Di televisi,
mereka bilang
besok hujan akan turun lagi.
Waaaah, suka puisinya 🙂
Sekeren itu wah wah wah ✨