Dalam Hidup, Dua Peran Selalu Berdampingan

Tentang menjadi kuat sekaligus rapuh, mantap sekaligus ragu, bersinar sekaligus redup.

Oleh

Andien

Dalam Hidup, Dua Peran Selalu Berdampingan

Tentang menjadi kuat sekaligus rapuh, mantap sekaligus ragu, bersinar sekaligus redup.

Oleh

Andien

02/11/2025

Ada realitas lain dunia hiburan yang jarang terlihat. Kita, para penonton, sering menatap dunia hiburan dengan kagum sekaligus mudah menghakimi. “Kok si A berubah?” atau “Kok si B sekarang gitu?” Semua terasa berbeda dari bayangan kita tentang mereka. Lalu kita bilang santai, “Ah, namanya juga artis.”

Tapi mungkin kita harus lebih sering bertanya: apa kabar mereka sebenarnya, ya? Apa kabar manusia di balik nama besar itu? Pernah terpikir nggak, kalau sebenarnya seorang public figure nggak berkewajiban memenuhi ekspektasi kita sebagai penonton? 

Di balik nama besarnya, public figure juga manusia dengan rasa takut, lelah, dan pencarian yang sama seperti siapa pun. Bedanya, proses mencari diri itu berlangsung di ruang terbuka, disaksikan banyak mata, dan sering banget dihakimi tanpa jeda. 

Berefleksi ke pengalamanku sebagai penyanyi, aku sering berada di antara dua realitas: satu yang disorot lampu panggung terang, dan satu lagi dunia yang hanya aku sendiri yang tahu; tempat aku boleh capek, bingung, kosong, bahkan … gelap. 

Carl Jung pernah menulis, “The privilege of a lifetime is to become who you truly are.”

Tapi siapa, sih, who you truly are itu? Pertanyaan itu terus bergema di kepalaku setiap kali aku naik panggung, saat melangkah ke duniaku yang lain.

Mungkin perjalananku selama ini sebagai penyanyi memang mengajarkanku untuk menyeimbangkan diri di antara dua dunia, supaya yang satu tidak melampaui yang lainnya. Aku percaya, manusia itu berlapis. Seperti kisah Cipolla, pesulap dalam cerita Thomas Mann yang memukau banyak orang (dalam bahasa Italia, Cipolla artinya onion, benar-benar penuh lapisan). Kadang aku merasa, semakin lama aku berdiri di panggung, semakin tipis jarak antara aku yang sungguh-sungguh dan aku yang sedang memainkan peran. Apa aku masih tau batas mana yang masih aku dan mana yang hanya bayanganku di bawah lampu? 

Kalau tidak eling, tidak sadar, persona panggung itu bisa menyelinap ke kehidupan sehari-hari. Siapa tadi yang ngomong ke suamiku? Siapa yang tadi negur stafku? Aku yang penyanyi, atau aku yang sebenarnya? Di hidup yang bergulir cepat, kadang nggak ada waktu untuk memilah mana yang sungguh “aku.” Kalau nggak grounded, yang tadinya cuma peran, bisa berubah jadi identitas.

Ada masa ketika aku hampir kehilangan arah di antara dua versi diriku. Persona publik bisa dengan mudah mengambil alih diri sejati, membuatku lupa siapa yang berbicara dari dalam. Dari pengalaman itu aku belajar bahwa menjaga kesehatan mental bukan sekadar tentang healing, meditasi, atau positive thinking. Kesehatan mental juga tentang mengenali serta memaafkan diri sendiri, sesering mungkin.

Kehilangan diri sejati mungkin terdengar jadi sesuatu yang sepele di dunia penuh gemerlap ini, tapi sesungguhnya bisa berdampak besar dan memicu masalah yang tak bisa kita duga. Itulah sebabnya, public figure sering kali jauh lebih rentan mengalami gangguan kesehatan mental daripada yang tampak dari luar.

Prosesnya nggak instan. Butuh waktu dan keberanian untuk menerima bahwa menjadi utuh berarti mengizinkan kontradiksi berjalan berdampingan: kuat sekaligus rapuh, mantap sekaligus ragu, bersinar sekaligus redup.

Ajaibnya, sampai hari ini, musik membantuku merangkul semua itu menjadi satu, membuatku grounded dan membantuku tetap eling menjalani semua peran yang dimainkan.

Andien

Andien bukan hanya dikenal sebagai musisi multitalenta dengan segudang penghargaan, tetapi juga sebagai sosok yang peduli pada kesejahteraan manusia dan bumi. Lulusan FISIP UI ini aktif mengangkat isu sosial, lingkungan, dan kesehatan mental. Melalui berbagai inisiatif seperti Setali Indonesia, Sekolah Anak Percaya, hingga Andien Aisyah Foundation, ia berupaya menciptakan perubahan yang berkelanjutan. Ketertarikannya pada kesehatan mental mendorongnya menempuh studi di Indonesian Academy of Psychotherapy, Counseling, & Coaching. Bagi Andien, kesehatan mental, sosial, dan lingkungan saling terhubung.

Bagikan:

Facebook
Twitter
LinkedIn
Email
WhatsApp

Lihat Juga