Ada 4 gaya pengasuhan orang tua kepada anaknya. Pertama, otoriter (authoritarian). Anak harus mengikuti aturan ketat yang ditetapkan orang tua dan cenderung jarang menjelaskan alasan di balik aturan tersebut. Jika anak tidak patuh, biasanya mereka akan diberi hukuman. Kedua, otoritatif (authoritative), mirip dengan otoriter, tetap ada aturan dan pedoman yang harus diikuti oleh anak, tapi sifatnya jauh lebih demokratis. Orang tua bisiplin dan tegas, tapi memberikan ruang kehangatan dan mereka siap mendengarkan. Ketiga, permisif (permissive), sering dibilang orang tua yang manjain anaknya. Bagusnya, orang tua bisa jadi teman buat anak, tapi di sisi lain, anak cenderung sulit menentukan batasan untuk diri mereka sendiri. Keempat, tak terlibat (uninvolved). Orang tua mungkin masih memastikan anaknya mendapatkan makanan dan tempat tinggal, tapi memberikan sedikit bimbingan atau tidak ada sama sekali; demikian pula dengan struktur, aturan, atau bahkan dukungan.
Permasalahan antara anak dan orang tua memang rumit. Di satu sisi, seorang anak harus berbakti sama orang tua. Pertanyaannya, orang tua yang seperti bagaimana, sih, yang harus dihormati? Apakah semua instruksi orang tua wajib kita patuhi, terlepas sikapnya baik atau buruk? Apakah ada kriteria tertentu terkait karakteristik orang tua yang wajib kita ikuti?
Berbakti kepada anak sepertinya terdengar aneh di telinga sebagian orang karena biasanya yang umum adalah seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, bukan sebaliknya. Tapi, hal-hal berikut bisa menjadi contoh bakti orang tua kepada anaknya.
- Memberikan hak pendidikan, hingga hidup dan berkembang.
- Memberikan contoh yang baik.
- Memberikan kasih sayang, peduli atas kehadiran dan keberadaan atau tidak menelantarkan anak.
- Tidak membedakan anak dengan yang lain (saudara atau orang lain).
- Menjadi pendengar yang baik.
Hubungan anak dengan orang tua bisa menentukan bagaimana hubungan anak dengan orang-orang yang ada di lingkungan sosialnya. Pola asuh dari orang tua membantu anak untuk berkembang secara psikologis, mulai dari kognisi, emosi, motivasi, sampai perilaku.
Tapi terbentuknya kepribadian anak pun ternyata tidak cuma dipengaruhi dengan pola asuh orang tua saja. Sebagai manusia, anak juga berhak menentukan dan memilih mau jadi apa. Imitasi atau menerapkan hal baik yang orang tua berikan, tapi juga harus evaluasi hal yang kurang tepat yang orang tua berikan serta dijadikan pembelajaran. Terimalah bahwa bagaimanapun, orang tua tetaplah manusia biasa.
Tidak semua anak punya hubungan yang baik dengan orang tua, dan tidak semua anak bisa menjadikan orang tuanya sebagai tempat pulang. Tidak semua yang diinginkan oleh orang tua adalah benar. Tidak semua yang diinginkan anak itu baik.
Yang harus kita pahami juga, tidak semua anak punya kesempatan untuk ngobrol secara jujur dan terbuka dengan orang tuanya. Boro-boro ngobrol, duduk di satu meja saja belum tentu bisa.
Banyak perbedaan bahasa dan gaya hidup di antara orang tua dengan anaknya. Tapi, selain cinta, komunikasi merupakan kunci untuk bisa menjalin hubungan harmonis dengan anak; mengedepankan kemauan, kebutuhan, dan isi hati untuk bisa saling mendengar dengan baik.
Bacaan lebih lanjut: Cherry, Kendra. 2024. “Why Parenting Styles Matter When Raising Children”. Verywell Mind. Diakses 24 September 2024.